Empat macam amal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah
dianggap paling berat untuk dilakukan seorang muslim. Imam Ali
Karramallahu Wajhah pernah berkata bahwa ada empat amal yang berat untuk
dilakukan. Pertama adalah al’afwu ‘indal ghadhab memberi
maaf ketika dalam keadaan emosi. Memberikan maaf bukanlah hal yang
mudah apalagi ketika dalam keadaan emosi. Untuk itulah Rasulullah saw
pernah mengajari para sahabat untuk mengambil air wudhu untuk meredamkan
marah. Karena marah merupakan bentuk lain dari api syaitan yang
menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dikalahkan oleh air wudhu.
Oleh karena itu, Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah hadits yang berbunyi:
Amal berat kedua adalah al juudi fil ‘usroh menjadi pemurah dan dermawan ketika kondisi ‘saku’ (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Menjadi dermawan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan sangat menipis. Oleh karena itu Allah swt memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah hadits diterangkan:
Hadits ini bukanlah sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt, maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam kondisi sesak.
Ketiga, adalah al-iffah fil khulwah,yaitu menghindarkan diri dari tindakan haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh
Keempat, adalah qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu berkata yang di depan orang yang ditakuti atau diharapkan. yang terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang berbicara menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicara nya itu adalah orang yag ditakuti karena hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke eempat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan demikianlah amal-amalan ini semua hanya bisa kita ucapkan saja tapi berat untuk di malkan
، عَنْ جَدِّي
عَطِيَّةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ
خُلِقَ مِنْ النَّارِ ، وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ ، فَإِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ .
Demikianlah kondisi manusia ketika marah yang sulit sekali
mengendalikan diri, oleh karena itu jika seseorang dalam keadaan marah
masih bisa memberikan maaf kepada orang lain, maka sungguh itulah amal
yang berat.Oleh karena itu, Allah swt menjamin siapapun yang dapat mengendalikan emosi dan amarahnya selamat dari siksaan api neraka . Demikian keterangan sebuah hadits yang berbunyi:
من كف غضبه كف الله عنه عذابه
Barang siapa yang mampu mengendalikan amarahnya, maka Allah akan mengendalikan (menjauhkan ) siksa-Nya. Amal berat kedua adalah al juudi fil ‘usroh menjadi pemurah dan dermawan ketika kondisi ‘saku’ (keuangan) kita sedang sempit atau tidak mapan. Menjadi dermawan bukanlah perkara gampang, apalagi berlaku dermawan ketika kondisi keuangan sangat menipis. Oleh karena itu Allah swt memposisikan orang dermawan sangat dekat dengan-Nya. dalam sebuah hadits diterangkan:
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنْ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ
Bahwa orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surge, dekat dengan masyarakatnya dan jauh dari nerakaHadits ini bukanlah sekedar hadits motifasi, tetapi merupakan petunjuk dan rambu-rambu bagi siapapun yang ingin memposisikan diri dekat dengan Allah swt, maka hendaklah ia menjadi orang yang dermawan. Baik dalam kondisi longgar, lebih-lebih dalam kondisi sesak.
Ketiga, adalah al-iffah fil khulwah,yaitu menghindarkan diri dari tindakan haram dalam keadaan sepi tanpa ada siapapun yang melihatnya. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam beramal. Bahwa untuk melakukan ataupun menghindari dosa seseorang tidak perlu memperhatikan orang di lingkungannya. Karena jika seseorang melakukan sesuatu (amal) karena orang lain akan disebut riya, dan jika meninggalkan sesuatu karena orang lain menjadi syirik. Sebagaimana diungkapkan oleh Ibnu Iyadh
قول ابن العياض; ترك العمل لأجل الناس رياء ، والعمل لأجلهم شرك
perkataan Ibnu Iyadh, bahwa tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan melakukan sesuatu karena manusia adalah syirikKeempat, adalah qaulul haq liman yahofuhu au yajuruhu, yaitu berkata yang di depan orang yang ditakuti atau diharapkan. yang terakhir ini berhubungan dengan kejujuran. Karena kebanyakan orang berbicara menyesuaikan atau melihat siapa yang diajak bicara. Seringkali orang akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, apalagi jika lawan bicara nya itu adalah orang yag ditakuti karena hubungan kerja atau hubungan keluarga. Dengan kata lain amal terberat ke eempat ini merupakan usaha meghindarkan diri dari kebiasaan menjilat. Baik menjilat kepada atasan atau kepada orang yang diharapkan demikianlah amal-amalan ini semua hanya bisa kita ucapkan saja tapi berat untuk di malkan